Karimun, Lendoot.com – Menjelang Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah, harga kebutuhan pokok masyarakat menjulang, sayuran seperti cabai meningkati rangking pertama dengan harga yang kian membumbung tinggi.
Dari pantauan di lapangan saat ini untuk di tiga pasar Karimun, Jumat (24/6/2022), harga jual cabai merah sudah berada di kisaran Rp110 ribu hingga Rp115 ribu perkilogramnya.
Sementara untuk cabai rawit dijual dengan harga Rp75 ribu hingga Rp80 ribu. Harga ini berlaku di tingkat pengecer di tiga pasar tersebut. Rentang harga Rp80-Rp115 ribu ini sudah terjadi sejak dua pekan lalu.
Atas kondisi ini, pemerintah menjadi sasaran masyarakat. Setidaknya harga-harga yang melambung tinggi itu seperti tidak menjadi sesuatu yang penting bagi pemerintah.
“Harga cabai yang melangit begini seperti tak ada pemerintah saja kita ini, ya? ujar Ahmad seorang warga Karimun di Pasar Puan Maimun, pagi tadi.
Ahmad mengatakan, setidaknya pemerintah membuat kebijakan yang pro kepada rakyat, “misalnya, bantulah dengan cara mengendalikan harganya dari tingkat petani sampai di distributor. Jangan seperti ada kejadian apa-apa,” tukasnya.
Kenaikan harga cabai itu telah terjadi sejak dua pekan lalu hanya dikomentari Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Karimun Sukrianto Jaya Putra, kemarin.
Dia menjelaskan faktor penyebab terjadi kenaikan harga komoditas cabai itu diakibatkan oleh pengaruh cuaca dan pupuk.
“Terdapat beberapa faktor, yakni cuaca dan pupuk. Ini terjadi secara nasional, bukan hanya di Karimun,” kata Sukri.
Ia mengatakan, kondisi cuaca yang ekstrim membuat sejumlah daerah penghasil mengalami gagal panen. Selain itu, harga pupuk yang tinggi, menjadi salah satu faktor lain yang menyebabkan tingginya kenaikan harga komoditas cabai.
“Karena untuk pupuk cabai ini berbeda, tidak menggunakan pupuk subsidi melainkan pupuk komersil dari luar negeri. Sehingga harga pupuk yang sebelumnya Rp450 ribu menjadi Rp 1 juta,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sukri menyebutkan, Kabupaten Karimun, sendiri memiliki petani cabai binaan Bank Indonesia (BI) yang berada di Kundur.
Hanya saja, katanya, saat ini petani- petani di Kundur belum dapat memanen hasil pertaniannya.
“Estimasi waktu panen raya terakhir itu saat idul fitri, dan belum dapat melakukan panen raya lalu,” katanya.
Sukri menjelaskan, dalam sepekan kebutuhan pasar memerlukan cabai sebanyak 14 ton untuk cabai merah, sementara cabai rawit 6 hingga 7 ton.
Sementara, pemasok dari sentra cabai Kundur hanya 5 ton. Inilah yang membutuhkan pemasok tambahan dari luar daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Pulau Jawa.(msa/rko)