Batam – Pendiri Asosiasi Pemandu Wisata Batam Indonesia (Aspabri) sekaligus Ketua Perhimpunan Praktisi Tour Leader Indonesia (HIPTI) Provinsi Kepulauan Riau, Surya Wijaya, menegaskan bahwa kunci maju mundurnya pariwisata Kepulauan Riau (Kepri) terletak pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang profesional.
Menurut Surya, keramahan yang menjadi ciri khas Indonesia tidak cukup tanpa dibarengi disiplin dalam standar operasional pelayanan.
“Orang Indonesia itu dikenal ramah, itu bawaan lahir. Tapi begitu masuk ke SOP (Standard Operating Procedure), langsung jatuh,” ujarnya seperti dikutip dari ariranews.com, Senin (3/11/2025).
Ia mencontohkan sektor medical tourism (pariwisata kesehatan) di mana jutaan WNI memilih berobat ke luar negeri (seperti Malaysia dan Singapura), mencerminkan bahwa profesionalisme SDM di sektor jasa dalam negeri masih kalah bersaing.
Jebakan Harga dan Kualitas Pelayanan
Surya mengkritik praktik yang masih sering terjadi di destinasi wisata lokal, yaitu perbedaan harga yang dikenakan kepada wisatawan asing dan lokal, yang menurutnya merusak citra dan kualitas layanan.
“Kalau bicara pariwisata, jangan hanya pikir uang. Banyak yang hanya berpikir bagaimana dapat sebanyak-banyaknya tanpa merawat pasar, tanpa menjaga citra dan kualitas layanan,” tegasnya.
Ia membandingkan dengan Johor Bahru, Malaysia, di mana harga oleh-oleh tertera jelas, murah, dan tidak dibedakan, yang membuat wisatawan merasa nyaman.
Pentingnya Sadar Wisata dan Optimasi TIC
Surya menekankan bahwa Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) perlu lebih digalakkan di masyarakat. Program Sapta Pesona (sadar wisata, aman, tertib, bersih, dan ramah) harus menjadi budaya di setiap destinasi.
Selain itu, ia menyoroti minimnya informasi wisata bagi turis mandiri di Batam, di mana Tourist Information Center (TIC) belum berfungsi optimal.
“Turis yang jalan sendiri ini rentan tertipu karena informasi tentang wisata dan layanan di Batam sangat terbatas,” ungkapnya.
Surya Wijaya menyimpulkan, pembangunan infrastruktur sebesar apa pun tidak akan berarti tanpa dibarengi penguatan karakter, etika pelayanan, dan profesionalisme SDM. “Fokus kita harus ke SDM. Karena sebesar apa pun potensi Kepri, tanpa manusia yang punya jiwa melayani dan sadar wisata, semua hanya tinggal potensi,” tutupnya. (*/rst)




