Batam – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diberikan kepada siswa sekolah di Kota, perlu mendapat pengelolaan yang baik, sejak pemberian hingga tahap akhirnya.
Sisa makan siswa sekolah yang tidak habis, diharapkan tidak langsung dibuang sembarangan, melainkan bisa dijadikan kompos.
Ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam, Tri Wahyu Rubianto dengan mengatakan, apabila makanan tidak habis maka akan dibawa kembali ke dapur umum yang dikelola oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Tri menegaskan tidak diperbolehkan ada makanan sisa yang tinggal di sekolah. Hal ini dikarenakan dikhawatirkan ada timbulan akibat sisa makanan. “Kami sarankan memang untuk dijadikan kompos,” kata Tri Wahyu Rubianto seperti dikutip dari ariranews.com, Selasa (14/1/2025).
Ia menambahkan seluruh tempat makan dari dapur BGN menggunakan stainless. Anak-anak diarahkan membawa perlengkapan makan dan membawa minum.
Sebelumnya diberitakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Batam, Herman Rozie meminta agar pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah tidak menggunakan alat makan sekali pakai. Seperti kotak, plastik dan styrofoam.
“Saya mengharapkan dengan makan siang gratis ini, misalnya ada 10 ribu anak sekolah, makan siang gratisnya bagus, tapi sampahnya harus dikelola,” kata Herman, kemarin.
Diakuinya penggunaan plastik atau styrofoam dapat menciptakan masalah besar jika tidak ditangani dengan baik. Menurutnya, ada beberapa solusi yang dapat diterapkan, seperti menggunakan wadah makan yang bisa digunakan ulang atau menerapkan sistem seperti katering.
“Saya sudah sampaikan, bisa tidak jangan memakai tempat makan sekali pakai. Kalau bisa seperti katering itu,” katanya.
Ia melanjutkan alternatif lain yang disarankan DLH adalah menyediakan fasilitas bank sampah di sekolah. Dengan begitu, limbah yang dihasilkan dapat dikelola dengan lebih baik.
“Kalau tidak, ya di sekolah harus ada bank sampah. Karena kalau tidak dikelola seperti itu, bakal kerepotan kita,” ungkapnya.
Herman menilai pentingnya pengelolaan sampah dalam program makan siang gratis bagi pelajar. DLH berharap program tersebut tidak menggunakan alat makan sekali pakai yang dapat menambah volume sampah.
Ia mengingatkan pengelolaan lingkungan harus menjadi perhatian agar program makan siang gratis tidak meninggalkan dampak buruk berupa penumpukan limbah.
“Ini sebenarnya sudah kita pikirkan. Karena kalau tidak di kelola seperti itu bakal kerepotan kita,” katanya. (*/rst)