Jakarta – Di kota-kota besar di Indonesia penggunaan uang tunai untuk berbagai transaksi sudah jauh berkurang. Bahkan, di Jakarta berbagai transaksi sudah menggunakan uang elektronik yang cukup memudahkan masyarakat bertransaksi.
Pada 2022, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat ditopang oleh naiknya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya perbankan digital.
Saking tingginya transaksi uang elektronik, sampai-sampai nilai transaksi uang elektronik di Indonesia diproyeksikan meningkat 23,9 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu hingga mencapai Rp495,2 triliun pada 2023 mendatang.
Lalu apa itu uang elektronik atau Electronic Money? Dikutip dari bi.go,id, definisikan uang eleketronik adalah sebagai alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit; nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;dan nilai uang elektronik yang di kelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Dikutip dari indonesia.go.od, Bank Indonesia (BI) terus menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan kebijakan dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran sebagai upaya menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Untuk 2023, BI memproyeksikan transaksi uang elektronik 2023 akan terus bertumbuh. Pada 2022, nilai transaksi uang elektronik tumbuh 30,84 persen dibandingkan pada 2021, yang mencapai Rp399,6 triliun.
Perry Warjiyo selaku Gubernur BI mengatakan bahwa nilai transaksi uang elektronik diproyeksikan meningkat 23,9 persen dibandingkan tahun lalu hingga mencapai Rp495,2 triliun pada 2023. Selaras dengan uang elektronik, nilai transaksi digital banking pada 2022 pun meningkat 28,72 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp52.545,8 triliun.
BI memproyeksikan nilai transaksi digital banking di 2023 juga akan bertumbuh hingga 22,13 persen mencapai Rp64.175,1 triliun. “Tahun 2023 diperkirakan perbankan digital bisa menembus Rp67 ribu triliun,” imbuh Perry Warjiyo.
Di samping itu, jumlah uang kartal yang diedarkan (UYD) pada Desember 2022 juga meningkat 6,95 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada periode tersebut, jumlah UYD mencapai Rp1.026,5 triliun.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. “Ini melalui penguatan kebijakan dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi,” jelas Gubernur BI, Selasa (24/1/2023).
Pengembangan Rupiah Digital
Guna menumbuhkan ekonomi digital di Indonesia, BI akan membangun sejumlah program pengembangan rupiah digital. Pertama, BI akan memperluas dan menerapkan standar nasional sebagai satu bahasa layanan sistem pembayaran. Pada 2023 layanan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) akan diperluas hingga mencapai target 45 juta pengguna dan satu miliar transaksi.
BI juga akan mendorong kolaborasi bank desa dengan industri, mengonsolidasi industri sistem pembayaran nasional secara end-to-end dan mengenjot digitalisasi perbankan. BI juga akan mendorong e-commerce untuk meraih status unicorn.
Dalam acara Pertemunan Tahunan Bank Indonesia (PBTI) 2022 juga meluncurkan white paper atau panduan pengembangan Central Bank Digital Currency (CDBC) atau rupiah digital. Proyek yang dinamai proyek garuda ini merupakan tanda kesiapan Indonesia untuk menyusul negara-negara yang telah mengimplementasikan alat pembayaran digital yang sah.
Menurut Gubernur BI, proyek rupiah digital ini akan diimplementasikan dalam tiga tahap. Pertama, dengan memulai implementasi wholesale CBDC untuk model bisnis penerbitan, pemusnahan, dan transfer antarbank dengan rupiah digital. Kedua, model akan diperluas menjadi pengembangan model bisnis operasi moneter dan pasar uang. Ketiga, integrasi W-CBDC dengan retail CBDC secara end-to-end.
Melalui momentum Indonesia selaku pemegang Keketuaan ASEAN 2023, bank sentral bakal melakukan pengembangan fitur QRIS dan QRIS antarnegara. Dengan demikian, nantinya transaksi di berbagai negara bisa menggunakan QRIS. Aplikasi tersebut kelak bisa digunakan di negeri jiran, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Dengan begitu, orang Thailand kalau ke Bali, Yogyakarta, atau Bangka Belitung, mereka bisa membayar dengan QR Thailand. Orang Indonesia ketika berkunjung ke Thailand bisa langsung dipakai. Sekitar Maret 2023, layanan QRIS direncanakan sudah bisa diimplementasikan di Malaysia dan Singapura.
Transaksi E-commerce
Adapun BI memperkirakan total nilai transaksi e-commerce pada 2022 mencapai Rp489 triliun. Pada kondisi normal, transaksi e-commerce setiap bulannya bisa mencapai Rp40-50 triliun. Sampai November 2022 nilai transaksi e-commerce saat ini sudah mencapai Rp405 triliun.
Bank Sentral optimistis bahwa proyeksi nilai transaksi e-commerce sebesar Rp489 triliun akan tercapai pada tahun ini. Pasalnya, pada Desember menjadi periode musiman perayaan Natal dan Tahun Baru, yang diwarnai dengan hari belanja online nasional atau harbolnas 12.12.
Target transaksi e-commerce diproyeksikan naik 17 persen, dari sebelumnya Rp489 triliun di akhir 2022, kemudian menjadi Rp572 triliun. Kenaikan ini didukung ekosistem yang semakin luas, inovasi, dan akseptasi pengguna belanja online. (*/mrj)