TAJUK
Penanaman mangrove di pinggiran pantai Kabupaten Karimun menjadi kebutuhan yang mendesak untuk melestarikan ekosistem dan mencegah abrasi.
Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir, namun kondisinya di Karimun saat ini memprihatinkan.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kabupaten Karimun, luas hutan mangrove di Karimun mencapai 24.618 hektare. Namun, 34% dari area tersebut atau setara dengan 8.372 hektare dalam kondisi kritis dan perlu direhabilitasi.
Dampak rusaknya mangrove di antaranya; abrasi pantai karena akar mangrove berfungsi sebagai pemecah gelombang dan penahan abrasi, rusak. Rusaknya hutan mangrove mempercepat abrasi pantai, yang dapat mengakibatkan hilangnya daratan dan kerusakan infrastruktur di pesisir.
Hilangnya habitat biota laut. Mangrove merupakan habitat bagi berbagai biota laut, seperti ikan, udang, dan kepiting. Rusaknya hutan mangrove dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan membahayakan kelangsungan hidup biota laut.
Penurunan kualitas air laut, mangrove berperan dalam menyaring air laut dan menyerap polutan. Rusaknya hutan mangrove dapat menyebabkan pencemaran air laut dan meningkatkan risiko penyakit bagi biota laut dan manusia.
Pemkab Karimun harus menjadikan ini kondisi ini dengan segera melakukan program rehabilitasi hutan mangrove dan program penanaman mangrove bersama masyarakat.
Pada tahun 2023, tercatat Pemkab Karimun menargetkan penanaman mangrove di 100 hektare lahan kritis. Sejumlah komunitas dan organisasi masyarakat di Karimun juga aktif dalam kegiatan penanaman mangrove.
Masyarakat perlu dilibatkan dan diberdayakan dalam upaya pelestarian mangrove, termasuk melalui edukasi dan pelatihan tentang manfaat dan cara menanam mangrove.
Penanaman mangrove di Kabupaten Karimun bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Mari kita jaga dan lestarikan hutan mangrove untuk kelestarian alam dan lingkungan. (***)
