Karimun, Lendoot.com – Kafilah Kabupaten Karimun keluar sebagai juara umum pada perhelatan Seleksi Tilawatil Quran dan Hadits (STQH) VIII Provinsi Kepri, yang digelar di Kabupaten Bintan.
Perolehan juara umum tersebut didapat setelah dewan juri membacakan juara-juara dan nilai dari masing-masing kafilah dari Kabupaten Kota. Ini dilaksanakan saat acara penutupan STQH, Rabu (1/5/2019) malam.
“Alhamdulillah, ini karena kesungguhan anak-anak kita. Bukan hanya di TC (Training Centre) saja tapi sudah dari MTQ-MTQ tingkat desa dan kelurahan. Dan Allah SWT mengijabah doa kita untuk meraih prestasi dan mempertahankan piala bergilir ini,” katanya saat menyambut kafilah dan piala bergilir MTQ di rumah dinasnya, Kamis (2/4) sore.
Kembalinya Kabupaten Karimun yang dikenal sebagai Bumi Berazam meraih juara umum pada STQH VIII Provinsi Kepri, kata Rafiq, juga berkat kerja keras dari semua pihak tanpa terkecuali.
Setiap tahunnya Kabupaten Karimun tetap optimis meraih juara, terlepas dari beberapa hambatan salah satunya ada peserta yang tengah menghadapi Ujian Nasional (UN), sehingga ditakutkan berpengaruh. Tapi persoalan itu tidaklah menjadi kendala karena kafilah Kabupaten Karimun tetap mendapat poin tertinggi dibanding kafilah dari Kabupaten Kota lain.
“Kalau soal saingan siapa tertinggi tidak ada seperti itu, tapi kemarin kita lihat Kabupaten Lingga memang luar biasa. Namun Karimun lebih unggul dengan 42 poin dan jauh dari daerah lain, yang poin setelah kita dengan angka 28, kemudian disusul posisi berikutnya dapat poin 25, 21, 9 dan 1,” kata Rafiq lagi.
Rafiq memastikan bahwa para qori dan qoriah merupakan putra putri asli Kabupaten Karimun. Kalaupun ada yang beranggapan kafilah Kabupaten Karimun merekrut peserta dari luar daerah, dijelaskannya, bahwa peserta tersebut merupakan warga Karimun yang kuliah atau melanjutkan pendidikan keluar dari Karimun. Yang memiliki kemampuan cukup bagus dan semua identitas diri yang asli telah diserahkan kepada dewan hakim untuk dicek keabsahannya, termasuk KTP dan ijazah asli.
“Jadi tidak ada lagi anggapan dibilang ngebon dari luar, karena administrasi sudah semakin ketat. Sistim yang membuat administrasi itu berangsur rapih dan murni. Jadi jangan ada lagi bahasa curang,” jelasnya.(riandi/trirahardi)