Natuna — Suasana hangat pagi itu menyelimuti halaman Gudang Pupuk Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Natuna, di Jalan Imam Hasanuddin, Kelurahan Batu Hitam, Senin (3/11/2025).
Deretan karung pupuk tampak tersusun rapi, menanti untuk segera disalurkan kepada para petani penerima.
Momen sederhana itu menjadi simbol nyata dari perhatian pemerintah terhadap perjuangan petani di daerah kepulauan terdepan Indonesia.
Kegiatan Penyaluran Lanjutan Pupuk Subsidi Tahun 2025 ini dibuka dengan penuh khidmat dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Natuna, H. Boy Wijanarko Varianto, SE, yang hadir mewakili Bupati Natuna. Turut hadir pula Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Wan Syazali, SKM, serta sejumlah pejabat lintas instansi seperti perwakilan Kejaksaan Negeri, Polres Natuna, PT Pupuk Indonesia, BPJS Ketenagakerjaan, dan Bank BRI Cabang Ranai.
Dalam laporannya, Wan Syazali menjelaskan bahwa penyaluran kali ini merupakan tahap kedua tahun anggaran 2025 dengan total 3,55 ton pupuk Urea dan 75,1 ton pupuk NPK. Pupuk ini akan didistribusikan ke enam kecamatan — mulai dari Bunguran Timur hingga Bunguran Utara.
Selain itu, Pemerintah Daerah juga menyalurkan bantuan tambahan 36 ton pupuk NPK dan 44 ton kapur dolomit sebagai dukungan dari APBD Kabupaten Natuna.
“Setiap karung pupuk ini punya makna besar bagi para petani kita. Mereka tidak hanya menanam padi, jagung, atau sayur, tapi juga menanam harapan bagi keluarga dan daerah,” ujar Wan Syazali dalam sambutannya.
Menurutnya, Kabupaten Natuna mendapat total alokasi pupuk bersubsidi sebanyak 276 ton pada 2025 — terbesar kedua di Provinsi Kepulauan Riau setelah Kabupaten Bintan.
Tak hanya fokus pada produksi, pemerintah juga memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan petani. Tahun ini, sebanyak 113 petani Natuna mendapat perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan melalui BPJS Ketenagakerjaan.
Pimpinan Cabang BPJS Ketenagakerjaan Natuna, Hendra Harry Jonna, menjelaskan bahwa sudah ada beberapa klaim yang dibayarkan bagi petani yang mengalami musibah.
“Sampai saat ini sudah lima petani menerima santunan dengan total Rp42 juta per orang. Ini bentuk nyata bahwa petani kita dijaga, bukan hanya saat panen tapi juga saat menghadapi risiko di lapangan,” ujarnya.
Perwakilan PT Pupuk Indonesia, Yandika Dwi Reganata, juga mengapresiasi kinerja Pemkab Natuna yang dinilainya sebagai salah satu daerah terbaik kedua di Kepri dalam kelancaran penyaluran pupuk.
“Natuna menjadi contoh baik bagaimana sinergi pemerintah dan petani bisa berjalan efektif. Harapan kami, semangat ini terus terjaga hingga tahun depan,” katanya.
Dalam sambutan yang dibacakan oleh Sekda H. Boy Wijanarko Varianto, SE, Bupati Natuna menyampaikan bahwa sektor pertanian merupakan pondasi penting dalam menjaga ketahanan pangan dan ekonomi daerah.
“Petani adalah pahlawan pangan. Pemerintah hadir untuk memastikan mereka mendapat dukungan penuh, baik berupa pupuk, sarana produksi, maupun perlindungan sosial,” ujar Sekda.
Sekda juga mengapresiasi kerja keras para petani yang terus menjaga produktivitas di tengah tantangan cuaca dan logistik daerah kepulauan.
Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus memperjuangkan alokasi pupuk sesuai kebutuhan riil, serta mendukung peningkatan kualitas tanah melalui bantuan dolomit dan pupuk tambahan dari APBD.
Melihat semangat para petani yang hadir, Boy Wijanarko menutup sambutannya dengan nada optimis.
“Mari kita jadikan pertanian Natuna semakin maju, mandiri, dan menyejahterakan. Dari tangan-tangan petani, kita jaga masa depan pangan daerah kita,” tuturnya disambut tepuk tangan para hadirin.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, produksi tanaman pangan dan hortikultura di Natuna terus meningkat dalam tiga tahun terakhir dari 1.629 ton pada 2023 menjadi 2.415 ton pada 2025.
Kenaikan terbesar terjadi pada komoditas padi, tomat, dan melon, yang masing-masing menunjukkan pertumbuhan signifikan.
Saat ini, Natuna memiliki 415 kelompok tani (Poktan) dengan tingkat keaktifan mencapai 87%, melibatkan lebih dari 3.000 petani di seluruh kecamatan.
Penyaluran pupuk bersubsidi ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ia menjadi simbol kolaborasi antara pemerintah, petani, dan sektor swasta dalam menjaga kemandirian pangan daerah.
Bagi para petani, pupuk bukan hanya bahan kimia penunjang produksi — tapi juga bentuk kepedulian dan kehadiran negara di tengah ladang mereka.
“Kalau pupuk lancar, kami bisa menanam tepat waktu. Hasil panen pun lebih baik. Semoga bantuan ini terus berlanjut,” ucap seorang petani dari Bunguran Tengah dengan senyum lebar.
Dari gudang pupuk di Batu Hitam pagi itu, terselip pesan sederhana namun mendalam bahwa ketahanan pangan nasional sesungguhnya berawal dari ketulusan petani di tanah-tanah kecil seperti Natuna. (rap)




