Indonesia-Tiongkok Makin Perkuat Kerjasama Investasi, Apa dan Dimana Saja?

Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Great Hall of The People, belum lama ini. (ft setpres)

Jakarta – Forum Bisnis Indonesia-Tiongkok di sela Belt and Road Forum (BRF) ke-3 telah menghasilkan kesepakatan kerja sama senilai Rp200 triliun lebih. Bahkan masih ada potensi kerja sama antarkedua negara hingga Rp455 triliun.

Dikutip dari Indonesia.go.id, kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dalam 10 tahun terakhir semakin berkembang. Hal itu dipicu oleh program belt and road initiative (BRI) atau Inisiatif Sabuk dan Jalan, yang diinisiasi Presiden RRT Xi Jinping pada September 2013 di Universitas Nazarbayev, Kazakhstan.

BRI Tiongkok adalah kegiatan ekonomi, diplomatik, dan geopolitik yang beragam yang sebelumnya bernama New Silk Road (Jalur Sutra Baru), kemudian berubah menjadi One Belt One Road (Satu Sabuk, Satu Jalan/OBOR).

View Post

BRI Tiongkok merupakan salah satu kebijakan luar negeri dan ekonomi Pemerintah Tiongkok yang paling ambisius. Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat pengaruh ekonomi Beijing melalui program yang luas dan menyeluruh dalam pembangunan infrastruktur di seluruh negara yang dilewati jalur tersebut.

BRI memiliki dua rincian yaitu jalur sutra ekonomi darat dan jalur sutra maritim berbasis laut. BRI menghubungkan Asia, Afrika, Oseania, dan Eropa dengan berbagai infrastruktur yang dibangun. Beberapa proyek besar dari BRI, antara lain, rel kereta dari Tiongkok ke Eropa maupun rel kereta yang membelah wilayah Asia Tenggara (Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand) hingga ke India.

Beberapa negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin juga mendapatkan dukungan pembangunan infrastruktur seperti pembangkit listrik, pelabuhan, dan jalan raya.

Presiden Xi Jinping dalam beberapa kali kesempatan menekankan BRI digulirkan berdasarkan perdamaian dan kerja sama, keterbukaan dan inklusivitas, saling belajar dan saling menguntungkan. Penguatan kerja sama Indonesia dan Tiongkok tersebut mengemuka ketika Presiden RI Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta sejumlah menteri dan pejabat pemerintahan melawat ke Tiongkok untuk menghadiri Belt and Road Forum (BRF) ke-3 di Beijing, Tiongkok.

Peranan Tiongkok dalam mendukung perekonomian Indonesia memang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri Forum Bisnis Indonesia-Tiongkok di Beijing, RRT, Senin (16/10/2023) mengapresiasi investasi dan kontribusi para pengusaha RRT dalam pembangunan di Indonesia. Khususnya dalam 10 tahun terakhir.

“Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas investasinya, atas kontribusinya dalam pembangunan Indonesia. Tahun 2013 RRT berada di urutan 12 kontributor foreign direct investment (FDI) di Indonesia,” ujar Presiden Jokowi.

Menurut Presiden Jokowi, cara berinvestasi para pengusaha ke Indonesia sudah cepat dan tepat dan menganalogikannya seperti aktor laga Mandarin, Bruce Lee dengan gerakan wing chun-nya. Dia meyakini bahwa investasi RRT di Indonesia akan terus meningkat dan menjadi kontributor FDI teratas dalam satu-dua tahun ke depan.

Keyakinan Presiden Jokowi tersebut dikarenakan saat ini Indonesia tengah fokus untuk melakukan hilirisasi industri terhadap berbagai komoditas seperti nikel, tembaga, timah, dan minerba lainnya. Indonesia juga tengah fokus membangun ekosistem kendaraan listrik terintegrasi untuk menjadi bagian penting dari rantai pasok dunia.

Pembangunan infrastruktur di Indonesia juga menjadi kunci dalam hubungan kerja sama saling menguntungkan antara Indonesia-Tiongkok. Mengingat Indonesia masih terus menggarap infrastruktur dasar, infrastruktur strategis maupun hingga ke pelosok perdesaan.

Dalam forum BRF 2023, pemerintah Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam Belt and Road Initiative di masa mendatang. Tentunya kerja sama itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua negara, baik dari segi ekonomi, sosial, dan politik.

Ketika memberikan sambutan dalam BRF 2023, Presiden RI Joko Widodo berharap agar kerja sama Indonesia-RRT, terkait BRI tidak dipolitisasi dan harus berlandaskan prinsip kemitraan yang setara dan saling menguntungkan. Penggunaan sistem pendanaan yang transparan, penyerapan tenaga kerja lokal dan pemanfaatan produk dalam negeri merupakan aspek penting dalam keberlanjutan proyek BRI.

“Kerja sama ini harus dipastikan untuk jangka panjang, guna memperkokoh fondasi ekonomi negara mitra. Bukan justru mempersulit kondisi fiskalnya,” ujar Presiden Jokowi, Kamis (19/10/2023).

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk komoditas nonmigas naik 9,36% pada Agustus 2023, dari bulan lalu senilai USD4,92 miliar menjadi USD5,38 miliar. Kenaikan ekspor barang-barang utama yang dipasok ke Tiongkok pada Agustus 2023 itu di antaranya didorong oleh lemak dan minyak hewani atau nabati, komoditas besi dan baja, dan bahan bakar mineral. Pemerintah juga mendorong RRT agar membuka kuota lebih banyak bagi produk pertanian dan perikanan dari tanah air.

Investasi Tiongkok

Selain itu, secara khusus delegasi Indonesia juga menyampaikan perkembangan proyek strategis Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Dalam sejumlah forum di Beijing, disebutkan IKN ini menerapkan konsep kota hijau dalam rimba yang 60 persennya adalah hutan, kota netral karbon pertama di Indonesia. Setidaknya Indonesia bisa bekerja sama dengan Tiongkok dalam hal alih teknologi untuk konsep kota hijau dan kota pintar serta pengembangan industri kendaraan listrik maupun energi hijau.

Presiden Jokowi menyebut bahwa pembangunan infrastruktur dasar dan pusat pemerintahan di IKN diperkirakan tahun depan akan bisa diselesaikan. Hingga awal November 2023 ini setidaknya sudah ada 21 investor dari dalam dan luar negeri yang siap melakukan groundbreaking dengan total nilai investasi USD2 miliar.

Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan Forum Bisnis Indonesia-Tiongkok telah menghasilkan sebanyak 31 kesepakatan kerja sama bisnis sedikitnya mencapai Rp200 triliun lebih. Itu pun, bahkan masih ada potensi kerja sama hingga Rp455 triliun dengan Tiongkok. Kesepakatan tersebut mencakup berbagai bidang, antara lain infrastruktur, energi, manufaktur, serta pariwisata.

“Pertumbuhan investasi dari Tiongkok ke Indonesia jika ditilik dari tahun 2013, kurang lebih berada di angka USD280 juta, tetapi saat ini sudah mencapai angka USD8,6 miliar. Artinya ini signifikan,” jelas Menteri BUMN.

Investasi Tiongkok di Indonesia memang terus meningkat setiap tahun. Investasi tersebut telah mendorong pengembangan industri dan kawasan ekonomi khusus di tanah air. Investasi Tiongkok di Indonesia pada semester satu 2023 ini sudah lebih dari USD3,8 miliar. Karena itu, kerja sama BRI ini akan terus mendorong pengembangan-pengembangan industri maupun kawasan ekonomi, khususnya di wilayah Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi, dan Bali. (*/rsd)