Generasi milenial dengan penguasaan teknologi internet yang lebih baik dari pada generasi sebelumnya, sangat berpotensi meningkatkan kunjnungan wisata di sebuah daerah.
Sebagian pemerintah daerah sudah banyak yang menggandeng kalangan milenial untuk turut menyertakan generasi milenial ini membantu mempromosikan destinasi wisata yang ada di daerahnya.
Laporan terbaru Badan Pusat Statistik menyebutkan terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Juni 2021.
Ada penurunan sebesar 10,04 persen dibandingkan bulan sama pada 2020. Jika dibandingkan keadaan Mei 2021, jumlah kunjungan wisman Juni 2021 juga mengalami penurunan sebesar 7,71 persen.
Pemerintah tentu saja tidak tinggal diam dengan kondisi seperti ini. Melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN), pemerintah memasukkan sektor pariwisata sebagai satu di antara beberapa sumber devisa yang perlu dibantu pemulihannya.Satu di antara upaya pemulihan itu adalah ikut dilibatkannya generasi milenial untuk membantu mempromosikan sektor pariwisata.
Pandemi juga telah melahirkan sejumlah ide kreatif dalam berwisata dengan anak-anak milenial sebagai penggerak utama. Diberlakukannya berbagai kebijakan untuk membatasi pergerakan masyarakat demi mencegah penyebaran virus corona memunculkan beberapa istilah baru dalam menikmati destinasi wisata.
Misalnya, berlibur ke tempat-tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal, bisa berupa menginap di objek wisata pegunungan, hotel di dalam kota, atau menyambangi lokasi wisata dalam kota yang dilengkapi penginapan. Wisata jenis ini dikenal sebagai staycation dan digandrungi oleh kaum milenial.
Sejumlah milenial juga kerap melakukan aktivitas bersepeda bersama hingga ke pinggiran kota sambil menikmati lokasi wisata sekitar atau pusat-pusat kuliner tradisional di sekitar. Ia juga mengingatkan, pada saat foto-foto lokasi jajanan atau hasil bersepeda diunggah ke medsos sertai pula dengan keterangan apa adanya dan tak perlu dilebih-lebihkan.
“Kegiatan seperti ini sudah tentu ikut membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar. Lewat unggahan dari gawai ke medsos, mereka bisa ikut mempopulerkan ruas-ruas berpemandangan menarik yang mereka lewati. Mereka juga bisa menginformasikan daerah mana saja yang punya tempat jajanan
enak dan menarik disinggahi para milenial lainnya,” kata Henri.
Aktivitas berwisata lainnya yang diminati adalah wisata alam, naik gunung, menjelajah hutan, atau menyusuri pantai. Ada pula yang disebut dengan road trip yaitu berwisata memakai kendaraan sendiri. Kegiatan seperti ini dinilai para milenial lebih aman dari penyebaran corona.
Itu belum termasuk virtual tourism atau wisata virtual di mana pemerintah telah menyiapkan 360 destinasi sebagai objek wisata jenis baru ini.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital, pengunjung tanpa perlu hadir secara fisik di lokasi objek wisata, sudah bisa menikmati apa saja yang terdapat di tempat yang dituju.
Operator tur virtual hanya perlu menyiapkan beberapa foto dan video-video menarik dari objek wisata yang hendak dikunjungi.
Badan Pusat Statistik mendefinisikan generasi milenial adalah mereka yang lahir antara 1981 hingga 1996. Sedangkan generasi Z adalah mereka yang lahir rentang 1997–2012. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2020, dari 270,2 juta jiwa populasi Indonesia saat ini, sebanyak 53,81 persen di antaranya merupakan gabungan dari kedua generasi di atas tadi.
Rinciannya sebanyak 27,94 persen diisi oleh generasi Z dan 25,87 persen lainnya masuk dalam kategori generasi milenial.
Pelibatan generasi dengan rentang usia di bawah 40 tahun itu tentu bukan tanpa alasan. Mereka mempunyai ketergantungan terhadap internet yang tinggi, mencapai 93,9 persen. Keseharian mereka diw arnai dengan berselancar di dunia maya, memasuki platform-platform media sosial populerseperti Instagram, Facebook, Whatsapp, dan lainnya. (*/msa)