Penyakit menular cacar monyet pertama kali ditemukan pada 1958 di Republik Demokratik Kongo pada monyet untuk penelitian. Selanjutnya, pada 1970, cacar monyet baru ditemukan berjangkit pada manusia di Kongo dan Sudan. Penyakit ini menyebar melalui kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tupai, atau tikus.
Sejak itu, cacar monyet telah muncul di beberapa negara Afrika, seperti Nigeria, Liberia, Sierra Leone, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah. Pada 2003, terjadi wabah cacar monyet di Amerika Serikat. Saat itu para ahli menduga hal itu disebabkan tikus Afrika yang diimpor sebagai hewan peliharaan.
Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), ada 1.472 kasus monkeypox yang dikonfirmasi di 33 negara per 10 Juni 2022. Negara yang terjangkit antara lain mulai dari Inggris Raya, Spanyol, Portugal, Jerman, Kanada, Prancis, Belanda, Ameriksa Serikat, Uni Emirat Arab (UEA), Hongaria, Malta, Meksiko, Maroko, Polandia, hingga Indonesia.
Kementerian Kesehatan sendiri mencatat, di Indonesia sendiri kasus cacar monyet ditemukan pertama kali pada Agustus 2022 di Jakarta. Penderita tersebut dikabarkan kini telah sembuh, sementara kasus lainnya masih dalam penanganan.
Gejala Cacar Monyet
Cacar monyet dapat menimbulkan gejala cukup beragam, mirip dengan penyakit cacar manusia, biasanya meliputi:
Demam: seseorang yang terinfeksi cacar monyet mungkin mengalami peningkatan suhu tubuh.
Batuk dan Pilek: Gejala pernapasan seperti batuk dan pilek bisa muncul.
Ruam: muncul bintik atau bercak-bercak merah di kulit. Ruam ini kemudian berkembang menjadi lepuh atau luka.
Sakit Kepala: Beberapa orang yang terinfeksi cacar monyet mungkin mengalami sakit kepala atau nyeri otot.
Lelah: Rasa lelah atau kelemahan umum bisa terjadi.
Perlu diingat bahwa gejala awal cacar monyet ini mirip dengan banyak penyakit lain, seperti flu atau cacar manusia.
Oleh karena itu, jika mengalami gejala-gejala ini, sangat penting untuk mencari perawatan medis segera. Sangat penting juga mengetahui tentang riwayat kontak dengan primata atau area terjangkit cacar monyet.
Penyebab Cacar Monyet
Cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox, yaitu virus yang termasuk dalam kelompok Orthopoxvirus. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan, seperti tupai, monyet atau tikus, yang terinfeksi virus monkeypox. Penularan virus monkeypox juga dapat terjadi lewat kontak langsung dengan cairan tubuh manusia atau hewan yang terinfeksi.
Hal Penting yang Perlu Diketahui
Wabah cacar monyet sedianya sudah mulai merebak setahun lalu. Pada Juli 2022, WHO mengungkapkan, lebih dari 18.000 kasus monkeypox atau cacar monyet sudah ditemukan di 78 negara. Tingkat penyebaran atau infeksi tertinggi terjadi di Eropa, yakni melampaui 70% sedangkan di Amerika sebesar 25%. Hal-hal penting yang perlu diketahui:
Penyebaran: Pengetahuan dan pemantauan penyebaran cacar monyet sangat penting untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang terkena dampak dan memahami sejauh mana penyebarannya.
Vaksinasi dan Pengobatan: Upaya vaksinasi dan pengobatan terhadap mereka yang terinfeksi merupakan bagian penting dalam pengendalian penyakit ini.
Kesadaran Masyarakat: Pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai risiko dan pencegahan cacar monyet perlu ditingkatkan untuk mengurangi penyebaran dan kontak dengan primata liar.
Kebijakan dan Regulasi: Pemerintah perlu memiliki kebijakan dan regulasi yang kuat terkait dengan perlindungan primata liar dan pengendalian cacar monyet.
Kesiapsiagaan Kesehatan Masyarakat: Sistem kesehatan masyarakat perlu siap menghadapi kasus cacar monyet, termasuk diagnostik, perawatan, dan pengendalian penyebaran.
Kerja Sama Internasional: Penyakit seperti cacar monyet dapat menyebar melintasi batas negara, sehingga kerja sama internasional dalam pemantauan dan penanganan sangat penting.
Perlindungan Primata Liar: Melindungi primata liar dan ekosistem mereka. merupakan langkah penting dalam mencegah penyebaran cacar monyet.
Kesiapsiagaan Epidemik: Pemerintah perlu memiliki rencana kesiapsiagaan epidemik untuk menghadapi wabah cacar monyet dengan cepat dan efektif jika diperlukan.
Pengobatan Cacar Monyet
Para ahli kesehatan hingga kini belum menemukan obat yang khusus menangani cacar monyet. Penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam 2–4 minggu, tergantung pada kondisi tubuh penderita.
Namun dengan pendekatan perawatan suportif dan tindakan pencegahan yang tepat, dapat membantu mengurangi risiko komplikasi dan penularan. CDC Amerika Serikat menyebutkan para ahli terus berusaha menjinakkan cacar monyet, antara lain dengan mengembangkan vaksin yang disebut Jynneos. Vaksin ini tercatat pernah mengatasi penyakit sejenis cacar lainnya pada 1980.
Untuk itu, beberapa hal yang dapat diusahakan antara lain:
Banyak minum air putih untuk menjaga hidrasi tubuh.
Minum obat antibiotik yang diresepkan dokter untuk mencegah infeksi sekunder di kulit.
Minum obat penghilang rasa sakit atau penurun demam untuk mengurangi nyeri dan demam.
Jangan menggaruk atau memecahkan ruam kulit karena dapat meningkatkan risiko infeksi dan bekas luka.
Gunakan sarung tangan dan masker saat merawat orang yang terinfeksi cacar monyet. (**/rsd)
Artikel ini telah terbit di Indonesia.go.id dengan judul Waspada! Kasus Cacar Monyet Melonjak, Kenali Penyebab dan Gejalanya