Penggunaan QRIS di Kepri Meroket Tembus Rp7,7 Triliun

Ilustrasi penggunaan Qris. (ft qrisinteractive)

Batam – Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatatkan kinerja solid pada triwulan III 2025. Berdasarkan rilis BPS, ekonomi Kepri tumbuh sebesar 7,48% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (7,14% yoy).

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Kepri hingga triwulan III 2025 tercatat 6,60% (ctc). Capaian ini menempatkan Kepri sebagai wilayah dengan pertumbuhan tertinggi di Sumatera dan memberikan kontribusi sebesar 7,07% terhadap PDRB Pulau Sumatera.

Digitalisasi Meroket: Transaksi QRIS Capai Rp7,7 T

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri menyoroti peran digitalisasi sebagai katalisator ekonomi, terutama melalui penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Data BI mencatat, hingga September 2025, penggunaan QRIS di Kepri mengalami lonjakan signifikan:

Volume Transaksi: Mencapai 64,94 juta transaksi, tumbuh sebesar 181,93% (yoy).

Nominal Transaksi: Mencapai Rp7,71 triliun, tumbuh sebesar 140,62% (yoy).

Selain itu, transaksi QRIS Cross Border (Thailand, Malaysia, dan Singapura) juga menunjukkan tren pertumbuhan yang solid sejak implementasinya.

Inflasi Terjaga di Tengah Geopolitik Global

Di tengah pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi di Kepri tetap stabil. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada Oktober 2025 tercatat inflasi bulanan sebesar 0,36% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kepri berada di angka 3,01% (yoy).

Kepala Perwakilan BI Kepri, Rony Widijarto P, menjelaskan inflasi Oktober terutama didorong oleh Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (3,88% mtm), khususnya kenaikan harga emas perhiasan akibat ketidakpastian geopolitik global.

Namun, tekanan inflasi yang lebih tinggi berhasil tertahan oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang justru mengalami deflasi 0,18% (mtm).

Proyeksi Pertumbuhan dan Pengendalian Harga

Ke depan, perekonomian Kepri diyakini masih dapat tumbuh positif, didukung oleh pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI), dan Proyek Strategis Nasional (PSN).

Untuk menjaga stabilitas harga, BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) fokus pada komoditas pangan utama seperti cabai merah keriting, cabai rawit merah, dan cabai merah besar. Upaya pengendalian dilakukan melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan strategi 4K: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif. (rst)