Lewat Karimun ke Nusantara, Kisah Nyata Jejak Narkoba dalam Genggaman Kurir (5)

Para tersangka kurir sabu saat konferensi pers di Mapolres Karimun siang tadi. (ft yudi)

Pekerjaan sebagai kurir narkoba sangat berisiko dan penuh dengan bahaya. Beberapa risiko yang dihadapi oleh kurir antara lain. Penangkapan kurir kerap terjadi di negara asal, negara transit, dan atau negara tujuan.

Dampak kekerasan dapat diterima kurir dengan menjadi korban kekerasan atau bahkan pembunuhan oleh kelompok kriminal saingan bisnisnya.

 Penyiksaan juga akan kurir yang dirasakan ketika ditangkap aparat. Seringkali kurir akan mengalami penyiksaan dari aparat untuk mendapatkan informasi lanjutan terkait jaringan perdagangan narkoba.

Penjara, ini adalah resiko yang akan ditanggung jika kurir tertangkap, kurir akan menghadapi ancaman hukuman penjara yang berat.

Dari semua ancaman itu, kurir sabu antarnegara itu mengaku tak terlalu memikirkannya. Pasalnya, menjadi kurir salah satu jalan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk keluarga.

“Sebenarnya saya tak mau, dan ada rasa takut, tapi ketakutan ancaman itu mengalahkan ketakutan saya terhadap kebutuhan anak dan isteri, bang,” ujar pelaku kurir yang pernah dipenjara dan mengaku sudah tak lagi berkecimpung di dunia itu.

Kurir tersebut melanjutkan ceritanya, terkait jaringan narkoba jenis sabu dari Malaysia hingga masuk ke Karimun. Berawal dari perkenalannya dengan seseorang pengedar di Karimun, sampai diperkenalkan dengan bos pemasok sabu di Malaysia.

“Sebenarnya proses perkanalannya tidak singkat. Cukup lama, sampai yang memberi pekerjaan itu ke saya seabgai kurir,” tuturnya.

Dia mulai bercerita tentang awal perkenalannya dengan seorang ‘tamu asing’ ‘ yang duduk di sebuah meja tempat hiburan malam di Karimun. “Awalnya, saya dikenalkan kawan juga. Lalu duduk bersama. Setelah menikmati musik, dia mengaku butuh ‘barang’ (sabu, red) ke kawan saya. Lalu saya carikan dan dapat, kebetulan saya ‘makai’ juga,” ujarnya.

Malam itu juga, si kurir dan ‘tamu asing’ itu ‘makai’ atau menggunakan sabu bersama-sama di sebuah kamar hotel yang sama di tempat hiburan malam tersebut. “Setelah malam itu, tidak ada kontak lagi dengan tamu asing itu,” ujarnya.

Setelah lama sekitar satu bulan, tambahnya, dia secara tak sengaja berjumpa lagi di tempat hiburan malam. “Lagi-lagi, dia minta barang (sabu, red) itu. Saya carikan dan dapat. Malam itu kami pakai sama-sama lagi. Di pertemuan kedua itulah dia minta nomor kontak saya,” ungkapnya.

Setelah sama-sama memiliki nomor ponsel, tamu asing itu selalu menghubungi si kurir. Hubungan pertemanan berlanjut. Kadang hanya sekedar mengobrol berjam-jam di kedai kopi. “Terkadang kalau sudah suntuk, tamu asing itu minta dicarikan sabu, Kami pakai bareng lagi,” ungkapnya.

Pertemuan itu semakin intens. Si tamu asing kerap memberikan uang lebih kepada si kurir yang diketahui dalam kesulitan ekonomi. Selama lebih dari tiga bulan, kata si kurir, tidak pernah membahas persoalan pekerjaan haram tersebut.

Lalu pada pertemuan selanjutnya di bulan keempat pertemanannya, si kurir mengatakan telah menceritakan kondisi ekonomi keluarganya, serta hubungan rumah tangga si kurir yang mulai berantakan. Juga karena faktor ekonomi.

Singkat cerita, setelah pertemanan empat bulan itu, si tamu asing mulai menawarkan pekerjaan sebagai kurir tersebut. “Saya cuma mendengarkan, Dan saya masih belum merespon tawaran tamu asing itu ke saya. Sebab, saya masih terbayang resiko yang mengancam,” ungkapnya. (msa/bersambung)