Lewat Karimun ke Nusantara, Kisah Nyata Jejak Narkoba dalam Genggaman Kurir (3) 

Barang bukti Narkoba seberat 10 Kilogram di Mako Lantamal IV, Batam, siang tadi. (ft humaslantamaliv)

Pekerjaan sebagai kurir narkoba sangat berisiko dan penuh bahaya. Kurir kerap menghadapi ancaman, seperti penangkapan, baik di negara asal, transit, maupun tujuan.

Menjadi korban kekerasan, karena ancaman kekerasan fisik, bahkan pembunuhan oleh kelompok kriminal saingan kerap terjadi.

Penyiksaan. Nah, saat ditangkap, kurir sering mengalami penyiksaan dari bandar yang berharap mendapatkan informasi. Terakhir, penjara. Hukuman penjara yang berat menanti jika tertangkap.

Meskipun demikian, iming-iming keuntungan besar membuat banyak orang rela mengambil risiko. Seorang mantan kurir sabu antarnegara mengaku tergiur oleh tawaran uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Sebenarnya saya takut, tapi kebutuhan keluarga membuat saya nekat,” ujarnya.

Ia menceritakan awal mula keterlibatannya dalam jaringan narkoba. Perkenalannya dengan seorang pengedar di Karimun kemudian berlanjut pada pertemuan dengan bos pemasok sabu di Malaysia.

“Pertama kali, saya dikenalkan oleh teman. Kami menggunakan sabu bersama. Setelah itu, hubungan kami semakin dekat. Dia sering menawarkan bantuan finansial, dan akhirnya mengajak saya menjadi kurir,” ungkapnya.

Setiap kali kurir ini menyeberang perbatasan, jantungnya mengaku berdebar kencang. “Bayangan jeruji besi dan teriakan penyiksa selalu menghantui pikiran saya. Namun, saat itu, yang terlintas di benak saya hanyalah wajah anak saya yang kelaparan dan istri yang sakit-sakitan,” tuturnya.

Perdagangan narkoba tidak hanya merusak individu, tetapi juga merusak tatanan sosial. Korupsi, kekerasan, dan kemiskinan adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh bisnis haram ini. (msa/bersambung)